السبت، 19 أكتوبر 2013

Konferensi Internasional Bahasa Arab 2013

Program Studi (Prodi) Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) bekerjasama dengan Ittihad Mudarrisiin Lillughah Al-Arabiyyah (IMLA) atauIkatan Pengajar Bahasa Arab se-Indonesia menggelar acara Konferensi Internasional Bahasa Arab yang tahun ini mengangkat tema “Diaspora Bahasa dan Budaya Arab di Dunia.” Konferensi ini digelar  selama tiga hari sejak tanggal 3-5 Oktober 2013 di Kampus FIB UI, Depok yang dibuka secara resmi oleh Duta Besar Kerajaan Saudi Arabia, H.E.Mustofa bin Ibrahim Al Mubarok dan Rektor UI Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met,didampingi Wakil Rektor UI Bidang Akademik dan Kemahasiswaan/Dekan FIB UI Prof. Dr. Bambang Wibawarta, M.A. Pada acara pembukaan (3/10/2013), hadir pula Walikota Depok, Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Ismail serta keynote speakerDirektur Jenderal Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Dede Rosada mewakili Menteri Agama Republik Indonesia. Konferensi ini juga mengundang para pakar pengajaran bahasa dan budaya Arab dari berbagai negara, khususnya negara-negara Jazirah Arab, serta diikuti pula oleh para dosen, peneliti, dan guru bahasa Arab se-Indonesia.


Senin, 07 Oktober 2013 03:50
                                                                                                                
Forum ini mendiskusikan berbagai kajian, penemuan, dan formulasi baru terkait dengan perkembangan dan interaksi bahasa dan budaya Arab dengan bahasa dan budaya lain di dunia, sehingga terjadi proses pengayaan dan saling mempengaruhi di kedua belah pihak. Konferensi ini sangat penting bagi pengembangan keilmuan dan profesionalitas dosen, peneliti, dan guru bahasa Arab di Indonesia sebagai Negara Muslim terbesar di dunia. Selain itu, forum ini juga merupakan salah satu sarana saling bertukarinformasi di bidang akademis dan strategis untuk pengembangan pembelajaran dan pengkajian bahasa, sastra, dan budaya Arab demi mendukung tujuan pendidikan nasional Indonesia.

Selama berlangsungnya konferensi, para peserta tidak hanya mengikuti berbagai sesi yang diadakan di lingkungan kampus UI, Depok, pada hari terakhir konferensi, para peserta juga berkesempatan mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, dan mengikuti jamuan makan malam yang diadakan oleh Walikota Jakarta Pusat. (AKW)

Sumber

الثلاثاء، 1 أكتوبر 2013

Tidak Kuasai Bahasa Arab, Jemaah Haji Bisa Bingung


BANDUNG, (PRLM).- Dalam kacamata pembimbing KBI
H Qiblat Darul Hikam, H. Adam Anhari, masih banyak jemaah haji Indonesia yang beranggapan mengetahui Bahasa Arab bukanlah hal penting. “Apalagi sebagian besar jemaah haji Indonesia berusia di atas 40 tahun sehingga sangat susah kalau diajarkan Bahasa Arab. Tak banyak calon haji yang menguasai bahasa Arab, terutama bagi jemaah yang baru pertama kali bepergian ke luar negeri,” kata H. Adam di kantornya Jln. Taman Cibeunying Selatan 15 Bandung, Rabu (25/9/2013).
Namun, akibat tidak memahami Bahasa Arab sehingga tak heran ketika sampai di Tanah Suci jemaah haji kebingungan menghadapi sejumlah situasi. “Terutama ketika bergaul dengan penduduk setempat dan jemaah mancanegara. Bisa juga ketika perlu sesuatu misalnya ke jamban atau toilet yang membutuhkan kemampuan berbahasa Arab,” ujarnya.
Seharusnya calon haji dibekali pengetahuan mengenai situasi dan kondisi Tanah Suci, termasuk bahasa percakapan. “Soalnya, jemaah akan berada di sana selama 40 hari. Bahkan, ibadah haji bisa dijadikan wahana untuk mempelajari Bahasa Arab lalu mempraktikkannya secara langsung,” ucapnya.
Meski jemaah tidak terlalu sering berinteraksi dengan orang Mekah, namun kadang-kadang berlaku situasi tertentu yang mengharuskan jemaah berinteraksi dengan penduduk setempat seperti ketika hendak membeli berbagai jenis kebutuhan. “Setidaknya beberapa kosakata bahasa Arab yang dikuasai akan sangat membantu. Seperti kam? (berapa), Ila aina (kemana), dan lain-lain,” tuturnya.
Tidak ada ruginya jemaah haji berbekal beberapa kosakata Arab tentang kebutuhan sehari-hari, seperti beras, gula dan garam. “Jemaah pun alangkah lebih baik lagi bila mengerti kosakata Arab tentang jalan, angka, arah angin maupun lambang-lambang atau tanda-tanda yang terpampang di sekitar Masjidilharam dan masjid Nabawi,” katanya. (A-71/A-147)***